METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
(DISCOVERY LEARNING)
Pada lampiran iv Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, untuk mencapai kualitas yang telah
dirancang dalam dokumen kurikulum,
kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip: (1) berpusat pada peserta
didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik,
(3) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang
sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang sesuai dengan lingkungannya.Kurikulum 2013 menganut pandangan
dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke
peserta didik.Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu
pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Discovery diartikan sebagai penemuan.
Menurut Sund ”discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses
mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya
(Roestiyah, 2001:20).
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya discovery learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau
konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana
teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam discovery, bahwa discovery
adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan
kategori-kategori dan sistem-sistem
coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan
kejadian-kejadian (events).
Selanjutnya menurut
Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati
permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan
demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar
untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau
situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban,
2006:9).
Di dalam proses belajar, Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan
baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan discovery
learning environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif
harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan
peserta didik dalam berfikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan,
yaitu: enactiv, iconic, dan symbolic.
Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami
objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal.Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
Tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika.Dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Ciri
utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada
siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada.
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode discovery
learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin,
atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut peserta didik akan
menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning) yaitu:
a. Meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran.
b. Mendorong peserta
didik untuk dapat menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari mudah diingat dan tidak mudah dilupakan peserta didik;
c.
Mendorong
peserta didik untuk belajar menemukan pola dalam situasi konkretmaupun abstrak,
serta meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
d.
Membantu
peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi
informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e.
Melatih peserta
didik belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri
a.
Peserta didik aktif dalam kegiatan belajar,
sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
b. Peserta didik memahami
benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu
yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
c. Menemukan sendiri
menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan
lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
d. Peserta didik yang
memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer
pengetahuannya ke berbagai konteks;
e. Metode ini melatih
peserta didik untuk lebih banyak belajar sendiri.
a. Langkah Persiapan
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta
didik (kemampuan awal,minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari
peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
peserta didik.
b.
Pelaksanaan Model Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam
mengaplikasikan strategi discovery learning
di kelas, langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar