Rabu, 29 Mei 2013

KONSELING INDIVIDU

KONSELING INDIVIDU
 Kegiatan bimbingan merupakan kegiatan yang integral dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Kegiatan berkenaan dengan mengupayakan perubahan dan pengembangan diri siswa ke arah pencapaian tujuan pendidikan secara optimal, diantara beberapa layanan dalam program BK adalah layanan konseling perorangan.Konseling perorangan (individual) merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh
seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah klien. Dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor, membahas hal tentang masalah klien. Pembahasan tersebut bersifat mendala, menyentuh hal-hal penting tentang diri klien;bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan klien; juga bersifat spesifik menuju arah pengentasan masalah. Kekhasan yang paling mendasar dalam konseling perorangan adalah hubungan interpersonal yang amat intens antara klien dan konselor sehingga sanggup membongkar berbagai sisi yang paling pribadi sekalipun. Untuk ini asas kerahasiaan menjadi jaminannya.Asas kerahasiaan akan membawa kesukarelaan klien dalam menjalani proses konseling dan menghasilkan keterbukaan klien dalam mengekplorasi dirinya.
         Konseling dasarnya merupakan suatu hubungan yang membantu (helping relationship) karena upaya bantuan dari konselor tidak semata-mata diberikan secara langsung melainkan melalui terbentuknya hubungan konseling yang memfasilitasi klien dalam menemukan penyelesaian masalahnya. Pribadi konselor merupakan unsur yang menentukan berhasilnya proses konseling.kondisi ini akan didukung oleh ketrampilan konselor mewujudkan sikap dasar dalam berkomunikasi dengan klien. perpaduan antara pribadi dan ketrampilan yang dimuliki konselor akan memperbesar peluang keefektifan kerja konselor.

KONDISI YANG MEMFASILITASI HUBUNGAN KONSELING.
       Hubungan yang terjadi antara konselor dan klien sangat menentukan tercapainya tujuan konseling yang diharapkan. Apapun teori dan pendekatan yang digunakan, interaksi antar konselor dan klien merupakan hal penting yang akan membawa perubahan perilaku. untuk memperoleh hasil yang maksimal, suatu hubungan konseling diperlukan kondisi yang harus diciptakan konselor untuk memungkinkan klien dapat berkembang. Ada beberapa kondisi yang akan memudahkan terciptanya hubungan konseling yang efektif: empaty (empathy), ketulusan(genuiness),dan penghargaan positif (positive regard).
Empati (empathy), dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk memahami individu dari kerangka acuan (frame of reference) individu tersebut. Memahami secara empati menuntut kemampuan seseorang untuk memahami cara pandang dan perasaan orang lain. Untuk dapat berempati konselor harus dapat memasuki kerangka acuan klien, yakni konselor berusaha untuk menempatkan dirinya  kedalam dunia klien. Respon konselor yang menunjukkan empati terhadap klien, lebih cenderung menunjukkan bahwa konselor berfikir bersama klien bukan berfikir tentang atau untuk klien.contoh: jika klien menyatakan,"saya telah berusaha untuk bisa lebih dekat dengan papa, tapi usaha saya tidak berhasil, beliau sulit sekali saya pahami." Respon konselor yang empati terhadap pernyataan klien tersebut, misalnya "anda merasa kecewa atas kegagalan anda mendekati papa". sebaliknya bila konselor mengatakan"Anda harus berusaha lebih keras lagi" maka konselor memberikan respon berdasarkan kerangka acuannya sendiri, bukan kerangka acuan klien.
Ketulusan (Genuiness), guiness atau ketulusan berarti menjadi diri sendiri atau tidak berpura-pura. Ketulusan sangat mempengaruhi terbentuknya hubungan konseling yang efektif karena melibatkan emosi antara konselor dan klien, ada lima komponen dalam ketulusan yaitu perilaku non verbal, perilaku nyata, kongkruensi, spontanitas dan keterbukaan.
Penghargaan Positif (Positive Regard),penghargaan positif yang juga disebut respek merupakan kemampuan untuk menghargai klien sebagai individu yang berharga dan bermartabat. Konselor dapat menerima klien apa adanya dengan segenap kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Penghargaan positif dapat mengandung apresiasi terhadap klien sebagai pribadi yang unik dan berguna. Konselor hendaknya dapat menghargai dan mendorong klien agar menjadi dirinya sendiri, sebaliknya klien dapat memahami dan merasakan kondisi tersebut sehingga ia bebas mengekspresikan diri. Dengan penghargaan positif diharapkan agar klien dapat belajar bahwa dirinya dapat diterima orang lain sehingga ia dapat menerima dirinya sendiri sekaligus mau meningkatkan diri sesuai dengan keadaan dirinya.

KETRAMPILAN ATTENDING.
        Attending adalah sejenis metode yang digunakan untuk membuka suatu wawancara konseling karena dapat mengembangkan tujuan klien untuk mengadakan eksplorasi dan penjajagan diri. Attending merupakan kemampuan konselor dalam menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling. Fungsi utama dari attending yaitu untuk mendorong klien agar mau berbicara dengan bebas bebas dan terbuka.Attending sangat diperlukan selama proses konseling berlangsung, terutama sekali pada tahap awal konseling.Keberhasilan konselor untuk mengajak klien terlibat secara penuh dalam konseling akan mempengaruhi proses konseling selanjutnya. Attending terjadi dalam konteks inti kondisi-kondisi yang mempengaruhi hubungan dalam konseling, seperti empati, ketulusan, serta penghargaan positif.
          Pada umumnya attending ditampilkan dalam tingkahlaku verbal dan non verbal. Tingkah laku verbal ditunjukkan oleh respon-respon konselor terhadap kata-kata atau pertanyaan klien, sedangkan tingkahlaku non verbal meliputi: kontak mata, postur tubuh dan gerak tubuh (gesture). Berikut ini uraian tentang komponen-komponen attending tersebut.
Kontak mata, Ketikaa sedang berkomunikasi, biasanya pandangan mata tertuju pada mata. Hal ini adalah cara untuk menunjukkan adanya perhatian yang sungguh-sungguh terhadap lawan bicara, karena kontak mata adalah alat pokok untuk berkomunikasi. Namun tidak berarti bahwa kontak mata tahapan yang terus menerus. Jika konselor senang dan tulus terhadap klien maka ia akan melihat atau memandang secara wajar ketika klien berbicara. Ada kalanya klien merasa tidak senang dengan kontak mata yang terlalu dekat, sehinggajarak tempat duduk perlu disesuaikan, untuk kenyamanan klien. Tingkahlaku non verbal klien hendaknya diamati untuk mendapatkan petunjuk adanya ketidak senangan klien ketika dilakukan kontak mata. Kontak mata menunjukkan bahwa konselor menaruh perhatian terhadap klien. Konselor diharapkan tidak memandang hampa atau melamun.
Postur tubuh, yang dimaksudkan adalah sikap badan konselor ketika berhadapan dengan klien. Postur tubuh disebut pula penampilan fisik konselor memberikan kesan tertentu pada klien. Biasanya duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan dan rileks. Posisi duduk konselor sebaiknya tidak bersandar atau membungkuk, karena dapat mencerminkan kesan enggan, malas atau tidak tulus. Konselor hendaknya tidak bersikap tegang. Ketegangan yang ditunjukkan konselor dapat mengalihkan perhatian klien pada konselor dan menimbulkan respon ketegangan pada klien. Dua penampilan fisik yang membina hubungan yaitu: a) sebagai tanda bahwa konselor aktif melibatkan diri dalam percakapan dan bekerjasama dengan klien. b) membantu konselor untuk menjadi pendengar yang aktif.. Mungkin ungkapan yang dikemukakan kepada klien cukup memberikan kesan baik pada klien, namun sikap badan yang tidak pada tempatnya akan merusak hubungan dalam konseling. Untuk itu konselor diharapkan dapat memperhatikan penampilan yang memperkuat ucapannya.
Gerak tubuh(Gesture), dalam berkomunikasi senantiasaq tidak menggunakan bahasa lisan (ucapan langsung), namun juga disertai gerakan-gerakan tubunh, seperti tangan, kaki atau kepala. Gerakan tubuh dapat mengkomunikasikan maksud atau makna tertentu. misalnya: anggukan kepala menunjukan tanda setuju atau mengerti, sebaliknya menggelengkan kepala untuk menunjukkan ketidaktahuan atau tidak setuju. Sebaiknya konselor tidak melipat kedua tangan (bersendekap) karena menimbulkan kesan yang kurang baik.Konselor dapat menggunakan gerakan tubuh untuk menyampaikan pesan tertentu kepada klien. Untuk itu perlu disadari apa yang akan disampaikan melalui gerakan tubuh agar klien dapat memahami pesan yang dimaksud.
Tingkah laku verbal, komponen attending ini merupakan respon-respon yang disampaikan secara lisan (diucapkan) berhubungan dengan apa yang dikatakan klien.Dalam hal ini konselor tidak mengajukan pertanyaan, tidak memunculkan topik baru atau memantulkan suatu frase untuk memusatkan pada suatu ide. Tihkahlaku verbal disini dimaksudkan sebagai isyarat bahwa konselor memperhatikan dan memahami klien, pernyataan-pernyataan yang dikemukakan menjadi dukungan minimal bagi klien sehingga ia merasa tidak diabaikan.Respon konselor yang merupakan attending dapat berupa kata-kata yang menunjukkan dukungan, seperti "ya" atau "hem..." atau pernyataan singkat yang menunjukkan bahwa konselor seperti apa yang dikatakan klien, misalnya "saya tahu apa yang anda maksudkan", atau "saya menghargai apa yang anda lakukan." Pernyataan-pernyataan  seringkali membantu klien untuk tetap bercerita dan memberi keyakinan bahwa konselor mendengarkan. Ada kalanya, konselor memberikan respon verbal disertai dengan respon non verbal, misalnya konselor mengatakan "ya, saya tahu maksud Anda" sambil menganggukan kepala.

     Menurut pengalaman dari para ahli, klien sangat menyukai attending yang dilakukan konselor karena dapat mendorong klien untuk menyatakan ide-ide dan perasaan-perasaannya secara bebas. Hal ini dapat membantu klien untuk mengadakan penjajagan dengan caranya sendiri dan cenderung membentuk tanggung jawab klien dalam wawancara konseling. Bahkan, ketika klien terdiam, konselor dapat memberitahukan kepada klien apa yang baru saja ia katakan atau menunjuk pada pernyataan klien sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah sikap tenang dari konselor. Jika konselor rileks, maka klien cenderung untuk lebih tenang. Kadangkala konselor (pemula) dengan sikap tegang membiarkan klien bercerita secara menggebu-gebu dan melompat dari satu topik ke topik lain.
Perhatian yang efektif dari konselor dapat mendorong klien untuk mengadakan penjajagan lebih jauh tentang suatu topik. Misalnya, ketika klien selalu berulang-ulang memberikan gambaran suatu topik. Misalnya, ketika klien selalu berulang-ulang memberikan gambaran suatu peristiwa, maka akan lebih baik bila konselor meminta klien untuk memusatkan pada perasaannya terhadap peristiwa tersebut.
Konselor dapat melihat bagaimana perhatian dapat mengontrol tingkahlaku klien. Demikian pula klien juga mengontrol dengan memberikan komentar terhadap hal-hal yang menarik perhatiannya. beberapa petunjuk untuk melakukan attending yang efektif yaitu:
a) bentuk kontak mata dengan jalan melihat klien ketika ia berbicara
b) mempertahankan sikap rileks yang wajar untuk menunjukkan minat/ketertarikan
c) menggunakan gerakkan tubuh yang wajar untuk menunjukan pesan yang dimaksudkan
d) menggunakan pernyataan-pernyataan verbal yang berhubungan dengan pernyataan klien tanpa interupsi, tanpa bertanya dan tanpa mengemukakan topik-topik baru.

RESPON -RESPON MENDENGARKAN
         Dalam berkomunikasi terdapat dua kegiatan yaitu mendengarkan dan berbicara.Mendengarkan yang baik tidak kalah penting dengan berbicara yang baik, bahkan lebih sulit. Sekilas istilah mendengarkan merupakan suatu tindakan pasif. Sebenarnya mendengarkan adalah suatu proses yang sangat aktif untuk merespon pada keseluruhan pesan. mendengarkan merupakan prasyarat bagi konselor untuk dapat memberikan respon atau strategi secara tepat dalam suatu konseling. Jika konselor gagal dalam mendengarkan, kemungkinan klien tidak akan dapat melakukan eksplorasi diri, masalah yang dibicarakan tidak tepat,bahkan strategi yang digunakan tidak sesuai. Ada tiga proses dalam mendengarkan, yaitu penerimaan pesan, pengolahan pesan, dan penyampaian pesan. Setiap pesan dari klien, baik yang verbal maupun non verbal, merupakan stimulus yang akan diterima dan diproses konselor.
Respon Mendengarkan:
1) klarifikasi
2) parafrase
3) refleksi
4) pemberian informasi

1) klarifikasi,merupakan suatu pertanyaan yang sering digunakan karena ada pesan klien yang ambigu. pada umumnya pesan-pesan klien diekspresikan berdasarkan kerangka acuan internalnya, sehingga tidak begitu jelas atau bahkan membingungkan. Jika konselor tidak yakin dengan makna pesan yang dikemukakan klien, maka diperlukan dilakukan klarifikasi. Pernyataan klarifikasi kepada klien dimaksudkan untuk menguraikan pernyataan klien yang samar-samar, ambigu atau tidak jelas. Klarifikasi biasanya berupa pertanyaan yang dimulai dengan "apakah anda mengatakan bahwa......."atau" Dapatkah anda jelaskan tentang...."
Perhatikan contoh berikut ini:
klien: "kadang-kadang saya ingin lari dari semuanya."
konselor: "Tampaknya anda ingin memisahkan diri dan bekerja sendiri."
klien: "Tidak seperti itu. Saya tidak mau sendiri. Saya hanya berharap agar saya dapat membereskan
           semua    pekerjaan ini."
Pada contoh di atas, konselor tergesa-gesa membuat kesimpulan tentang pesan awal klien sehingga kesimpulan yang dibuat tidak tepat. akan lebih baik bila konselor memberikan pertanyaan klarifikasi sebelum membuat asumsi tentang klien.
Perhatikan contoh berikut:
klien:        "kadang-kadang saya ingin lari dari semuanya."
konselor: "dapatkah anda jelaskan, apa yang anda maksud  lari dari semuanya?"
klien:       "Begini.....,banyak sekali pekerjaan yang harus saya selesaikan, saya selalu merasa keteteran dan
                overload. Saya ingin menyelesaikannya dengan senang hati tanpa perasaan tertekan."
Pada contoh tersebut, klarifikasi akan membantu memperjelas apa yang terjadi dan apa yang dirasakan klien. Ketrampilan konselor menggunakan respon klarifikasi akan menentukan ketepatan pesan yang diterima dan diprosesnya.
2) Parafrase,parafrase yaitu menyatakan kembali kata-kata atau pemikiran-pemikiran pokok klien.Parafrase lebih memperhatikan bagian kognitif dari pesan klien. Dalam parafrase, konselor dalam menyatakan ide pokok klien dengan kata-kata sendiri, tidak sekedar menirukan kata-kata yang diucapkan klien. Konselor hendaknya menggunakan pilihan kata-kata yang tepat sehingga membantu menekankan kata atau ide penting yang diungkapkan klien.
Perhatikan contoh berikut ini:
klien:        "saya tahu jika hanya duduk atau tidur sepanjang hari tidak akan membantu depresi yang saya
                  alami."
konselor:  "Anda tahu bahwa anda perlu menghindari duduk atau tidur sepanjang hari untuk membantu
                 depresi yang anda alami."
Dalam contoh tersebut konselor hanya meniru kata-kata klien. Kemungkinan besar, klien  akan merespon dengan jawaban singkat saja, seperti "ya" atau "benar" sehingga tidak dapat mwngelaborasi lebih jauh lagi. Parafrase yang efektif dari pernyataan klien seperti contoh di atas, "Anda menyadari bahwa anda perlu melakukan sesuatu untuk mengurangi depresi."
Perlu diingat bahwa nada suara untuk parafrase cenderung menyampaikan pernyataan, bukan mengajukan pertanyaan. Parafrase terutama sangat berguna dalam mengungkapkan dan menjelaskan pesan klien yang bersifat ganda. Bila seseorang tidak ingin secara langsung menyampaikan pesan-pesannya, maka ia akan menyatakannya secara samar-samar. Berdasarkan petunjuk kliean, baik yang verbal maupun non verbal, maka tugas konselor adalah menangkap pesan ganda tersebut dan meyatakan kembali dalam bentuk kalimat yang jelas.
3) Refeksi, merupakan respon perasaan yang dapat digunakan untuk menyatakan bagian efektif pesan atau aspek emosional klien. Refleksi hampir sama dengan parafrase namun dalam refleksi memuat aspek emosional atau komponen pesan yang tak terungkap dalam parafrase.
contoh respon refleksi berdasarkan penyampaian visual:
"Nampaknya anda marah saat ini."
"Sepertinya anda marah saat ini."
Contoh respon refleksi yang auditori:
"Kedengarannya anda marah saat ini."
"Saya mendengar bahwa anda marah saat ini."
Contoh respon reflleksi yang kinestetis:
klien:         "Semuanya tampak membosankan.Tak ada perubahan, tak menggairahkan.
                 Semua teman saya pada kabur. Seandainya saya jadi orang kaya pasti saya bisa melakukan
                 banyak hal untuk membuat ini manjadi lebih baik."
konselor:   "Sepertinya kamu begitu yakin jika kamu memiliki banyak teman dan banyak uang maka hidupmu
                 menjadi lebih baik."
4) Pemberian Informasi, Pemberian informasi didefinisikan sebagai suatu bentuk komunikasi verbal tentang pengetahuan, data, fakta, pengalaman, peristiwa, alternatif, atau orang sehingga individu memperoleh pengetahuan atau alternatif-alternatif dan kemudian dapat membuat pilihan dari keputusan secara tepat.
klien:          "Saya sungguh mengalami kesulitan untuk menolak permintaan keponakan-keponakan saya. saya
                  tidak bisa mengatakan tidak pada mereka, bahkan meskipun saya tahu mereka meminta
                  sesuatu yang tidak layak atau membahayakan dirinya."
konselor-1: "mengapa kamu tidak mulai mencoba menolak atau mengatakan tidak ketika mereka meminta
                   sesuatu padamu dan melihat apa yang akan terjadi kemudian?"
konselor-2: "Saya kira terdapat dua hal yang perlu kita diskusikan yang membuat kamu mengalami kesulitan
                  dalam menangi situasi tersebut. Pertama kita dapat mendiskusikan tentang apa yang mungkin
                  akan terjadi jika kamu mengatakan tidak. kita juga akan memeriksa bagaimana keluargamu
                  menangani permintaanmu, ketika kamu masih anak-anak.Seringkali kita akan memperlakukan
                  anak-anak seperti halnya orang tua kita dulu memperlakukan kita dan kita tidak menyadarinya."
Pada respon konselor 1, konselor memberikan suatu nasehat atau rekomendasi tentang suatu tindakan yang mungkin berhasil dan mungkin tidak berhasil. Sedangkan pada respon konselor-2 menyajikan informasi yang dapat dilakukan klien dan bukan apa yang harus dilakukan klien; apa yang dapat dipertimbangkan oleh klien tapi bukan apa yang harus dipertimbangkan klien.









Tidak ada komentar:

obah ojo owah

 obah ojo owah tiga kata bahasa jawa tersirat berbagai makna. obah dimaksudkan bergerak. ojo bisa larangan, rambu2 waspada dan himbauan. owa...